Selasa, 25 Mei 2010

                Kimya sang putri Rumi



 Sudah lebih dari setahun waktu pun berlalu tak terasa sepertinya sudah lama sekali sejak Alim tersandung di sana sini dengan cepat belajar berjalan kini ia berlarian di samping ibunya dan Kimya mengikuti mereka berdua kemanapun mereka melangkah. 
sekali lagi musim semi beralih ke musim panas segera saja hari hari yang panas menyengat kembali menyergap di ikuti malam malam panjang yang sejuk dan menyegarkan dan taman taman mulai semarak dengan bunga warna warni. Kimya biasa duduk duduk di bayangan pohon poplar bersama Hatije menikmati keindahan senja di taman Qamar Al din mereka berjalan dalam hening menyusuri jalan setapak berhiaskan mawar mawar yang semerbak di kedua sisinya. saat itu matahari belum tenggelam dan adzan pun belum berkumandang sementara hiruk pikuk kota perlahan surut menyambut waktu istirahat di sertai matahari yang meredup dan burung burung bersenandung menyambut malam yang akan menjelang.
Kimya menikmati suasana itu...!
Siang tadi terasa panjang dan begitu lama seperti biasa ia belanja ke pasar kemudian menyuapi Alim kemudian menitipkannya  kepada tetangga sebelah lalu Kimya dan Ibu angkatnya pergi ke sisi lain kota mengunjungi seorang perempuan yang sudah lama tergeletak tak berdaya di ranjangnya. 
mereka berdua membersihkan rumah, membuatkan sup, dan duduk duduk di samping si sakit. perempuan itu sudah sangat tua suaminya wafat dalam sebuah kecelakaan sedangkan anak anaknya telah meninggal jauh hari sebelumnya.
Dia tak punya sanak kerabat dan yang merawat dia selama ini hanya Ibu Kerra dan tetangga yang masih berbaik hati padanya sekarang ia sakit dan terlalu letih untuk hidup katanya.
sesaat lirikan matanya mencari cari Ibu Kerra kemudian
Dia bertanya :" akankah aku berkumpul kembali dengan suami dan anak anaku,..? ceritakan apa kata Maulana "
Ibu Kerra memegang tangan si sakit, " tentu saja ibu akan bersama sama lagi dengan keluarga" Maulana sering menegaskan bahwa  "Cinta adalah sungai kehidupan yang abadi" 
Jadi cinta ibu pada suami dan anak anak dan cinta mereka pada ibu adalah sebuah sungai.  katanya ; " Sungai itu akan membawa kita semua menuju lautan yang sama "
perempuan itu memejamkan mata, dua bulir air mata mengalir ke pipinya,....   " Sebuah kedamaian yang agung "... lalu perempuan itu tertidur dan keheningan di sekeliling mereka di lingkupi kehangatan yang membuncah mereka semua berdiam diri menjaga keheningan itu.
kemudian Ibu Kerra meraih tangan Kimya dan pelan pelan keduanya meninggalkan si sakit mereka berjalan pulang ke rumah dalam diam masih larut dalam kedamaian itu.
" tadi indah sekali,.." kata Kimya begitu mereka tiba. 
Dia mendorong pintu dan melangkah masuk kemudian Ibu Kerra berpaling kepadanya :
 " cinta membuatmu terhenyak,... iya kan,...?
"Cinta ",...?  apakah kedamaian itu cinta....? keheningan yang baru saja di temukan di rumah si sakit...?
Kimya masih merenung saat mengerjakan tugas tugas rutin di rumah seperti mengangkut air membuat kue apel untuk makan malam nanti dan mengangkat baju yang telah kering setelah seharian di garang mentari yang terik. kedamaian itu begitu meluap membuatnya merasa segar dan dia sangat bersyukur rasanya serupa dengan pengalaman sewaktu ia duduk menunggu di depan pintu saat mengantarkan makanan bagi Maulana dan Syams yang tengah berkhalwat,
perasaan yang sama membuat ia bersenandung gembira atau pada saat yang lain membuatnya rindu hingga menjerit putus asa. 
" Cinta,.. inikah yang dia alami...!
Kimya masih memikirkan hal itu saat ia dan Hatije menyusuri jalan setapak di taman Qamar al-din mereka berjalan hingga ke lorong dan selama beberapa saat mereka duduk di pinggir kolam kecil di tengah tengah taman.
daun daun pohon poplar berkilauan di terpa angin sepoi sepoi air kolam berpendaran memantulkan cahaya matahari sedangkan ikan ikan mengirimkan pesan tak terbaca membelah riak dengan kilau sisik yang merah dan keemasan. Kimya tertegun menikmati suasana itu dan menyibakan permukaan air itu dengan kedua tangannya bermain main ceria.
Dengan penasaran Hatije menatap sahabat kesayangannya itu 
" benarkah Maulana berencana menyelenggarakan konser di taman Ana khatun..? tanyanya.
" ibuku mendengar kabar ini dari pasar,  tetapi kan di pasar banyak sekali kabar burung...? tambahnya hampir tertawa.
" oh... itu memang benar "
kimya mengangkat tangannya dan membiarkan percikan air dari tangannya jatuh kembali ke dalam kolam.
"Ana telah mendengar maulana punya kesukaan baru yaitu musik dia kemudian menawarkan sebagai tempat konser, tahu kah kau bahkan temannya  Taous  akan memetik harpa dan menyanyi "
" Taous...!!! " seru Hatje tetapi dia kan dulu seorang pelacur ...? kata Hatije gusar.
  " Aku tahu betul setahun yang lalu dia bersujud di kaki maulana dan katanya ia telah mengubah jalan hidupnya tetapi ternyata ia masih seperti dulu ..." kimya mengangkat bahu.
" katanya,...  kata orang mereka juga berkata lagu yang ia nyanyikan membuat mereka menangis dan tetap terjaga semalaman, sesungguhnya Ana dan Taous adalah wanita shalihah dan kata maulana  konser itu tidak akan terlupakan dan akan menjadi malam yang sangat indah "  akankah kau datang juga..?
Hatije tidak menjawab tiba tiba ia menjadi sangat serius.
" tetapi memang benar orang orang membicarakan maulana..!  katanya mereka terguncang dengan tindak tanduk maulana akhir akhir ini. Kata mereka syams menyeretnya menjauhi Allah...!!! Dia ragu ragu dan sekarang menyelenggarakan konser yang menampilkan perempuan
terlebih Taous...!! lalu apa yang mereka gunjingkan kali ini..?
Kimya memejamkan mata beberapa detik...?
Jadi gosip itu kembali menyeruak ketidak pahaman yang menyebabkan permusuhan, ia merasakan amarahnya hendak menyembur tetapi ia menahannya.
" memang orang orang akan berkeluh kesah dan menggerutu ,... " tentu saja "  katanya tanpa bertele tele mereka tidak memiliki cinta di hatinya karena itulah mereka mengeluh, begitukah menurut mu ...?
tanya Hatje penasaran...!
" kau tinggal bersama Maulana kau adalah bagian dari keluarganya katakanlah padaku ; sekarang  ada Syams yang tinggal bersama juga bagaimana keadan di sana...? tentunya tidak mudah.
Kimya menatap teman karibnya..., senang sekali di tanya demikian.
" memang sulit ,... Aku merindukan Maulana dulu... ! biasanya Beliau lebih sering bersama kami dulu Ia sering bercerita menyuruhku mengaji Alquran dan Dia juga mengajariku bahasa persia tapi sekarang kami jarang melihatnya. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya bersama  Syams kemudian kau pun tahu di luar sana muncul gunjingan belum lagi keluh kesah. Kimya menarik nafas
orang orang tidak memahami apa yang terjadi, bagaimana mungkin bisa...?  tapi toh mereka menghakimi...!!
seekor burung terbang di atas kolam mengalihkan perhatian mereka sejenak.
" kau tahu,..?  kata Kimya meneruskan ; Syams bukanlah monster seperti yang orang bayangkan, kami merasa hangat dan nyaman bersama Maulana dan memang benar sekarang ini tidak begitu nyaman lagi tetapi sesuatu yang baru sedang terjadi sesuatu....?
Kimya ragu ragu kemmudian ia memejamkan mata berusaha menangkap inti sari persoalan..., sesuatu mengalami perubahan. 
" akhirnya Kimya berkata : " Syams sedang mengubah kita,... caranya seperti apa akupun belum tahu...? 
Kimya masih berbicara ketika mendadak ia mendengar suara melengking tinggi, sesuatu yang aneh yang datang dari dalam dirinya...  sangat jelas di tunjukan bagi dirinya sendiri.  sebuah peringatan yang tegas.
"Hentikan,..!!! cukup sampai di sini...! "
suara itu memerintahkan demikian. " Ada banyak hal yang tidak boleh ternoda oleh kata kata "

~ Di kutip dari '' Rumi's Daugther '' ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar